Sabtu, 30 Juni 2012

0 Makalah Parasit


Tugas Kelompok
JENIS-JENIS PARASIT YANG TERDAPAT
PADA IKAN PAYAU
This Logo is Designed by Zia
      
       




OLEH ;
ZULAEHA                                     MUH.ABD RAHMANTO
HILDAWATI                                           ARIFIN
RISNAWATI                                            AHMAD HIDAYAT

                                                FAKULTAS PERTANIAN
                                          JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
                                UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
                                                               2011/2012


BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal  karena beberapa penyebab dan terbagi atas  2 kelompok yaitu penyebab dari dalam  (internal ) dan  luar (eksternal) . Penyakit internal meliputi genetic,  sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit eksternal meliputi  penyakit pathogen  (parasit,  jamur, bakteri , virus) dan non pathogen (lingkungan  dan nutrisi ).
Penyakit parasitic  merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering menyerang  ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit  bisa mengakibatkan  terganggunnya pertumbuhan, kematian bahkan  penurunan produksi ikan.  Berbagai organisme yang   bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan annelida.
Di perairan bebas,   terdapat berbagai macam parasit dengan variasi yang luas tetapi jumlahnya sedikit. Sedangkan dalam kegiatan budidaya, parasit terdapat .dengan  variasi yang sedikit tetapi jumlahnya banyak.
Umumnya setiap parasit mempunyai siklus hidup yang rumit, yang kemungkinan merupakan  hal  penting dalam pengobatan ikan yang terserang parasit.  Studi siklus  hidup parasit  merupakan hal penting  untuk menentukan tindakan penanganan yang lengkap.  Ujicoba  infeksi  dengan parasit umumnya sulit dilakukan  karena parasit sulit diinkubasi atau dipelihara pada media buatan.
FAKTOR – FAKTOR  YANG MEMUDAHKAN  MUNCULNYA  PARASIT
Beberapa factor memudahkan munculnya parasit  : Faktor-faktor tersebut antara lain : :
  1. Stocking density : Kepadatan tebar tinggi, kontak langsung dan adanya inang
  2. Physical trauma : handling,  grading dapat menyebabkan luka
  3. Air Kolam :  kualitas air jelek
  4. Selective breeding : Seleksi dalam mencarai warna dan bentuk yang bagus bisa mengakibatkan lemah.
  5. Lingkungan : perubahan temperatur
  6. Predator  ;  Bisa sebagai inang penular
  7. System budidaya :  kolam tanah  merupakan media bagi sebagaian siklus hidup parasit
  8. Species baru : Masuknya species ikan yang baru bisa  mengakibatkan masuknya parasit baru’
KLASSIFIKASI  PARASIT :
  1. Protozoa
  2. Metazoa :
  • Trematoda
-          Monogenea
-          Digenea
  • Platyhelmintes
-          Acanthocepala
-          Nematoda
-          Cestoda
  • Crustaceae
  • Mollusca
A.     Penanganan  ikan sakit
Ikan hidup digunakan untuk diagnosis parasi karena parasit khususnya parasit eksternal akan meninggalkan inangnya  bila inangnya  mati. Jika pengamtan  di lapangan dengan mikroskop tidak dapat dilakukan, ikan dapat difiksasi dalam larutan formalin 10% berpenyangga fosfat, akan tetapi hasil kurang memuaskan karena  parasit yang ikut difiksasi tidak dapat menunjukkan pergerakannya.
B.        TEKNIK DIAGNOSA PARASIT
Langkah-langkah dalam mendeteksi parasit menggunakan mikroskop ;
  1. Ambil lendir tubuh denagan cover glass
  2. Potong bagian kecil insang dengan gunting
  3. Letakkan lendir atau insang dengan satu tetes akuades pada slide  glass, kemudian tutup dengan kaca penutup (cover glass)
  4. Jangan ada gelembung pada slide glass
  5. Amati di bawah mikroskop (pembesaran 4-400x 



BAB II
PEMBAHASAN
Berikut adalah jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air payau :
1.      Argulus sp
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Sub Filum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Sub kelas: Branchiura
Ordo: Arguloida
Family : Argulidae
Genus : Argulus

Argulus adalah salah satu jenis parasit terbesar yang dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya antara 5 sampai 10 mm. Parasit jenis ini biasa ditemukan di belakang sirip atau sekitar kepala, atau di lokasi terlindung. Argulus atau biasa disebut kutu ikan adalah kelompok parasit dari sub filum krustasea dan masuk dalam kelas Maxillopoda. Parasit ini memiliki tubuh rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas lebar, mata majemuk menonjol, dan antenna yang termodifikasi membentuk mulut, memiliki belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk mengisap darah ikan sehingga ikan akan menjadi kurus. Mereka memiliki dua pasang toraks, yang digunakan untuk berenang antara inang yang berbeda. Argulus merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan ikan, karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Ikan yang terinfeksi biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit terjadi pembengkakan disekitar insang atau sirip.

Selama siklus hidupnya, Argulus menggunakan ikan sebagai inangnya, mereka menginfeksi jenis ikan air tawar dan ikan laut. Argulus menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya dengan berenang di sekitar inangnya dan pada saat itulah terjadi perkawinan antara jantan dan betina. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan terendam secara aman dalam sisik ikan dan setelah menetas Argulus tersebut akan bermetamorfosis menuju dewasa. Seluruh siklus memakan waktu antara 3-10 hari tergantung pada suhu. Setelah menetas mereka harus menemukan inang baru dalam sekitar 4 hari atau mereka akan mati.

Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit argulosis. Parasit ini masuk ke dalam tempat pemeliharaan dan menginfeksi ikan biasanya melalui pergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. (Dana & Angka, 1990). Sifat parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar inang (Purwakusuma, 2007). Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena system pertahanan tubuhnya belum berkembangnya. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan (Afrianto & Liviawaty, 1995; Yildiz & Kumantas, 2002; Tam, 2005).

Bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (Heckmann, 2003). Efek Argulus sp. terhadap inang tergantung pada derajat infeksi dan ukuran inang (Roberts, 1978 dalam Walker, 2005). Menurut Lester & Roubal (1995) dalam Walker (2005) 1 atau 2 parasit Argulus sangat berdampak nyata pada juvenile ikan. Derajat infeksi 1–3 Argulus sp. pada ikan maskoki berukuran 5,2– 5,7 cm (juvenile) termasuk dalam kategori berat walaupun jumlah parasit tersebut sedikit (Yildiz & Kumantas, 2002). Pada ikan maskoki dewasa jika terdapat 1–3 Argulus sp. maka infeksi tersebut dikategorikan ringan dan termasuk infeksi kategori berat jika terdapat 4 atau lebih oleh Argulus sp.

2.       Lernea sp
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Subclass: Copepoda
Urutan: Cyclopoida
Keluarga: Lernaeidae
Genus: Lernaea

Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing jangkar, merupakan parasit pada ikan air tawar tapi dia juga menyerang ikan air payau. Di sebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga dengan perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.
Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan ke¬palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter¬lalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel.

Ø  Cara mencegah
Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, filter air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid. Upaya pengendalian terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel pada tubuh ikan dan segera dimus¬nahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam larutan Tetracyclin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut. Atau dapat dilakukan dengan senyawa kimia berupa larutan Bro¬mex 0,12 – 0,15 ppm. Cacing jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan Dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam.
3.      Dactylogyliasis
Klasifikasi/Taxonomi :
Phylum : Platyhelminthes      
Classis : Trematoda Monogenea
Ordo : Dactylogiridea
Familia : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp.
Habitat : insang

Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris.

Ø  Morfologi :

Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada ujung anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat penempel yang terdiri dari 2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut Opisthaptor. Mempunyai testis dan ovary.
Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar . Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
Sifat Biologis: Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari insang dan sebagian kecil tertanam pada insang, ukuran telur : 50 um, bentuknya ovoid dan berspina seperti duri mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari. Larva dapat hidup tanpa hospes selama 1 hari, ikan mas dapat terinfeksi berat,juga ikan-ikan air tawar di kolam dan ikan-ikan impor.

4.      Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus Dactylogyrus .
Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus spp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih (Gusrina, 2008).
Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Parasit Dactylogyrus spp mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium.
Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Ø  Gejala yang timbul
beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit yang dapat digunakan sebagai presumtif diagnosa antara lain :
- Ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
- Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini kualitas air terutama kadar oksigen lebih tinggi.
- Sering mengapung dipermukaan air.
- Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka. Kerusakan pada insang menyebabkan sulit bernafas, sehingga tampak megap-megap seperti gejala kekurangan oksigen. Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan serta berlebihan lendir (stadium awal). Dalam keadaan serius filamen insang akan rusak dan operkulum ikan tidak tertutup dengan sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas.
- Secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna kekuningan atau putih, selain itu juga terjadi proliferasi di kartilago hialin pada lamella sekunder. Penyebabnya bisa karena tertular dari ikan yang terinfeksi, kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan sumber air tanah dan kurang bersih.
Ø  Cara menanggulangi
Pengobatan yang efektif untuk cacing Dactylogyrus spp. adalah dengan pemberian formaldehide dan yang tidak kalah penting adalah selalu membersihkan kolam atau aquarium serta memeriksa sirkulasi air, sirkulasi udara dan kepadatan kolam.
5.      Neobenedenia
            Parasit jenis ini adalah jenis parasit yang paling sering ditemukan pada ikan laut seperti kerapu,kakap,bawal bintang dll. Merupakan jenis cacing (monogenea) dan merupakan ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh) biasanya ditemukan di kulit (sisik), mata, insang.
            Gejala klinis dari ikan yang terserang parasit ini kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya luka karena infeksi sekunder bakteri.
            Cara pencegahannya yang biasa dilakukan yaitu dengan perendaman air tawar.

6.         Diplectanum
            Jenis ektoparasit yang biasa menyerang di lamella insang ikan laut (krapu, kakap, napoleon, bawal). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut sebagai cacing insang. Pada beberapa kasus serangan parasit insang bisa menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak, ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam proses pernafasan, selain itu luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
7.      Gyrodactilus sp.
            Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi.
            Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok – kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi ender berlebih.
8.      Clinostonum sp
            Parasit ini seringkali ditemukan pada benih ikan gurame, dan menyebabkan sakit bintilan. Bintil-bintil ini mengandung cercaria Clinostonum sp. Dan menyebabkan ikan gurame yang terinfeksi terhambat pertumbuhannya.
            Daur hidup Clinostonum sp terdiri dari beberapa fase yakni pertama yaitu fase telur (dalam air), kedua fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput), ketiga fase cercaria dan kista/metacercaria (dalam air), serta keempat fase dewasa (dalam hewan vertebrata, ikan, ternak, burung, dan manusia)
            Digenea yang telah diketahui mendekati 400 genera dan sedikitnya 4000 spesies yang menyerang ikan. Parasit ini memperlihatkan inang spesifisitas yang tinggi terutama pada inang antara yang pertama dan pada inang akhir. Organ yang diserang pada inang akhir adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan organ yang berdekatan seperti hati dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta saluran darah.
            Jenis ikan yang diserang yaitu ikan kakap, yang berasal dari Lecithochirium sp. Dan pseudometadena celebensis. Cacing jenis ini menyerang pada bagian usus.
            Upaya pengendalian yaitu dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm  dalam air tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit.
9.      Trichodiniasis
Agen kausatif : Trichodina, Trichodinella, Tripartiella. Parasit ini menyerang kulit dan insang ikan budidaya seperti bandeng, kakap, kerapu.
Trichodina pada insang ikan kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)



Ø  ciri-ciri
  • parasit ini mudah berkembang pada kondisi air pemeliharaan yang kurang bersih
  • berbentuk seperti cawan dengan bulu getar disekililing tepi tubuhnya
  • diameter berkisar 100 nm       
Ø  gejala klinis :
  • sebagian besar menyerang kulit dan insang
  • produksi lendir berlebihan pada insang dan permukaan tubuh
  • dapat terjadi iritasi yang disebabkan oleh cillia dan hook
  • sirip geripis
  • nafsu makan berkurang
  • menggosok-gosok tubuh ke dinding bak atau jaring
Ø  efek pada inang :
  • serangan parasit berat akan mengganggu pernapasan dan dapat menyebabkan kematian tinggi pada ikan berukuran kecil
  • menyebabkan kerusakan langsung pada epitelium insang, akhirnya terjadi lesi pada insang
  • kerusakan jaringan pada permukaan kulit dan insang yang diakibatkan oleh pergerakan parasit tersebut yang berputar
Ø  pencegahan dan pengobatan :
  • perendaman dengan air tawar selama 1 jam hingga 3 hari kedepan
  • perendaman formalin 25-30 ppm selama 24 jam











BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan di atas yaitu sebagai berikut:

Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan, kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.
Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang ditimbulkannya pun sangat besar. Penyebaran penyakit ikan di dalam wadah budidaya sangat bergantung pada jenis sumber penyakitnya, kekuatan ikan (daya tahan tubuh ikan) dan kekebalan ikan itu sendiri  terhadap serangan penyakit. Selain itu cara penyebaran penyakit itu biasanya terjadi melalui air sebagai media tempat hidup ikan, kontak langsung antara ikan yang satu dengan ikan yang lainnya dan adanya inang perantara.
Dan ada beberapa jenis parasit yang menyerang ikan air payau yaitu:
Ø  Argulus sp
Ø  Lernae sp
Ø  Neobedenia
Ø  Clinostonum sp
Ø  Girodactilus
Ø  Diplectanun
Ø  Dactylogyrus sp
Ø  Dactylogyrus sp
Ø  Tricodiniasis


 

Prikanan Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates