BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Profil
Desa
Pulau pa’je’nekang termasuk dalam wilayah
administratif kab. Pangkajene kepulauan (pangkep). Terletak di desa mattiro
deceng, kec. Liukang tuppabiring, dimana pada desa ini terdiri dari dua buah
pulau yaitu pulau badi’ dan pulau pajenekang. Luas daerah mattiro deceng adalah
90 ha dengan perincian pulau badi 60,50 ha dan pulau pajenekang 29.50 ha. Pulau
pajenekang secara geografis terletak pada titik 119o19’30”-119o20’00”
BT 04o58’30”-4o58’00” LS
Perbatasan
pulau pajenekang adalah :
·
Sebelah
selatan perbatasan dengan keelurahan barrang lompo
·
Sebelah
utara dengan desa mattiro bone
·
Sebelah
barat dengan desa mattiro langi
·
Sebelah
timur berbatasan dengan makassar
Jumlah penduduk pulau pajenekang 1530 terdiri atas
perempuan 816 laki-laki 714, terdapat 235 rumah dengan jumlah kepala keluarga
302 KK sumber data dari posyandu
2009/2010.
Batas-batas
pulau pajenekang :
·
Sebelah
utara berbatasan dengan pulau bonto sua dan pulau sanane
·
Sebelah
selatan berbatasan dengan pulau balang lompo
·
Sebelah
timur berbatasan dengan pulau barrang lompo dan
·
Sebelah
barat berbatasan dengan pulau badi
Untuk mencapai pulau dapat melalui kanal paotere
kota makassar dermaga kali bone kota pangkep. Waktu tempuhdari kota provinsi
(makassar) 1 jam; waktu tempuh dari ibu kota kabupaten (pangkep) 2,5 jam; waktu
tempuh dari ibu kota kecamatan (balang lompo) 25 menit; waktu tempuh dari ibu
kota desa (pulau badi) 10 menit dengan menggunakan perahu jolloro’ mesin 35 PK.
Penghidupan yang di geluti oleh masyarakat di pulau ini adalah aktifitas
pemanfaatan sumberdaya laut yaitu sektor perdagangan hasil laut dan
kenelayanan.
Sarana dan prasarana yang terdapat
di pulau pajenekang antara lain :
1. Sarana kesehatan berupa poyandu dan polindes
2. Sarana
pendidikan berupa sd, smp
3. Sarana
olahraga
4. Sarana
penerangan (plts) dengan kapasitas 44 kilowatt peak yang mampu
menyuplai
listrik ke 250 rumah warga di pulau pajenekang
5. Dermaga
6. Pemakaman
umum
7. Baruga
pertemuan
Ketersediaan air tawar
terbatas dan hanya dapat di peroleh dengan cara membeli air dari kota makassar
atau kota pangkep dengan harga Rp. 3000/20 liter. Ketersediaan air taawar di
pulau ini terbatas karena kondisi air sumur payaumeskipun terdapat beberapa
sumur yang memiliki air yang mendekati kondisi tawar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Problem Kemiskinan Nelayan
Nelayan
merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber
dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya. Mereka
umumnya hidup di kawasan pesisir pantai dan sangat dipengauhi kondisi alam
terutama angin, gelombang, dan arus laut, sehingga aktivitas penangkapan ikan
tidak berlangsung sepanjang tahun. Pada periode waktu tertentu nelayan melaut
karena angin kencang, gelombang besar dan arus laut yang kuat. Kondisi alam ini
kerapkali disebut musim paceklik yaitu suatu musim dimana nelayan tidak
beraktivitas sama sekali. Guna mencukupi kebutuhan hidupnya, mereka umumnya
mengutang pada juragan yakni pemilik kapal dan alat tangkap.
Utang
akan dibayar saat kondisi alam membaik dan hasil tangkapan ikan melimpah.
Prasyaratnya adalah nelayan harus menjaul hasil tangkapannya pada juragan
dengan harga ditentukan juragan. Dampaknya buruk dari hubungan nelayan dan
juragan ini adalah pada saat musim ikan ternyata nelayan tidak memperoleh hasil
yang memuaskan. Akibatnya, utang tidak mampu dilunasi dan menumpuk karena musim
paceklik berikutnya nelayan kembali mengutang pada juragan. (Karim.2005)
Dalam
struktur ekonomi masyarakat nelayan dikenal adanya Punggawa dan Sawi. Punggawa
merupakan pemilik modal dan Sawi adalah peminjam atau pekerja atau juga dapat
disebut buruh atau bahasa undang-undangnya nelayan kecil. Pemilik modal berhak
membeli hasil tangkapan Sawi yang diberi modal. Dan Sawi berkewajiban menjual
hasil tangkapannya kepada Punggawa yang memodalinya. Kewajiban ini merupakan
ketentuan yang harus dilaksanakan. Modal yang diberikan oleh Punggawa tidak
terbatas pada modal materi berupa uang, namun juga kepada peralatan seperti
kapal, mesin kapal, jaring, pancing, pukat, dan sebagainya. (Idhan.2010)
2.2 Mekanisme Melaut
•
Punggawa sawi memberikan modal kepada para anak buah kapal yang akan melaut.
Ponggawa laut/juragan tidak ikut lagi mengikuti pelayaran melainkan tetap
tingggal di darat/pulau mengusahakan perolehan pinjaman modal dari pihak lain,
mengurus biaya-biaya anggotanya yang beroperasi di laut dan lain-lain
• Para nelayan yang telah menerima modal pergi melaut, paling lama setengah bulan tergantung ukuran kapal dan cuaca. Nelayan pemancing biasanya mulai beroperasi sekitar pukul 18.00 hingga dini hari. Dalam beroperasi nelayan pemancing menggunakan alat tangkap yaitu pancing rawe. Pancing rawe adalah pancing yang cara penggunaannya di bentangkan disekitar taka atau gusung, yang memiliki kurang lebih 100 mata kail. Mata kail yang digunakan adalah mata kail no 8. Selain pancing rawe, alat tangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan pemancing adalah pancing kedo-kedo.
• Para nelayan yang telah menerima modal pergi melaut, paling lama setengah bulan tergantung ukuran kapal dan cuaca. Nelayan pemancing biasanya mulai beroperasi sekitar pukul 18.00 hingga dini hari. Dalam beroperasi nelayan pemancing menggunakan alat tangkap yaitu pancing rawe. Pancing rawe adalah pancing yang cara penggunaannya di bentangkan disekitar taka atau gusung, yang memiliki kurang lebih 100 mata kail. Mata kail yang digunakan adalah mata kail no 8. Selain pancing rawe, alat tangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan pemancing adalah pancing kedo-kedo.
2.3 Peranan Punggawa Dan Sawi
Punggawa mempunyai peranan :
1. memimpin
dan mengorganisasikan kelompok untuk menangkap ikan
2. menyediakan
modal
3. menyediakan
alat tangkap (fishing gear), termasuk
4. menyediakan
kapal tangkap atau perahu.
Sebagai bagian dari peranan pemimpin dan
mengorganisasikan kelompok, punggawa juga melakukan: perekrutan anggota
kelompok, pembagian hasil, pemberian pinjaman kepada para sawi dalam bentuk
uang atau bahan sebagai biaya hidup (cost of living) bagi mereka, termasuk
keluarganya yang mereka tinggalkan selama mereka berada di laut.
Peranan sawi :
sawi terdiri atas
banyak orang (2 – 15), yang juga sudah terspesialisasi seperti sawi juragan,
sawi pakkaca, sawi pa’bas serta sawi biasa tergantung dari jenis alat tangkap
yang mereka ikuti.
Berdasarkan aturan pembagian hasil di dalam kelompok,
dikenal adanya bagian-bagian hasil untuk :
1. Kepemimpinan
ataukepunggawaan, yaitu memimpin dan mengorganisasikan kelompok
2. menyediakan
perahu
3. menyediakan
alat tangkap
4. menyediakan
mesin atau motor pada perahu.
Keempat bagian hasil ini diperoleh atau diterima
olehpunggawa yang menggambarkan adanya 4 (empat) peranan yang dimainkan
olehpunggawa. Selanjutnya 1 (satu) peranan yang tersisa di dalam kelompok yaitu
melaksanakan kegiatan penangkapan oleh parasawi yang jumlahnya dua sampai lima
belas orang tergantung jenis alat tangkap yang digunakan. Selanjutnya, diantara
parasawi biasanya satu atau dua orang diantara mereka mendapat tambahan peranan
yaitu sawi yang memiliki keahlian tertentu misalnya sawi yang memimpin operasi,
menangani bagian mesin, melakukan penyelaman pada waktu pengoperasian alat
tangkap, dan jugasawi yang membersihkan mesin dan alat tangkap lainnya
setibanya di darat. Tambahan pehasilan peranan diberikan kepadasawi
diistilahkan sebagai bonus daripunggawa. (Safira. 2002)
2.4 Mekanisme Sistem Pembagian
Hasil
Dalam perikanan laut pada umumnya, baik yang
modern maUpun tradisional, diterapkan sistem aturan bagi hasil, sebaliknya
hanya sebagian kecil di antara perikanan modern berskala besar yang
kapitalistik menerapkan sistem pengupahan. Untuk perikanan tradisional berskala
kecil, secara umum aturan bagi hasil menetapkan bahwa setiap anggotanya
memperoleh satu bagian pendapatan dari jumlah keseluruhan pendapatan per
aktifitas yang dilakukan. Pembagian hasil dilakukan setiap kali setelah
pemasaran ikan dilakukan diluar biaya operasional, seperti bahan bakar. Namun,
pembagian hasil bukan dilihat dari peran dan status, tetapi karena bantuan jasa
transportasi dan tenaga saat memasarkan ikan ke Makassar.
Misalnya
pendapatan kotor hasil penjulan ikan 10 juta:
1. Sisa
hasil penjualan ikan yang habis, dipotong persenan 5% - 10% oleh punggawa sawi
(tergantung kesepakatan antara punggawa sawi dan sawinya). 10 juta x 5% = 500
ribu
2. Pemilik
kapal mendapatkan 3 - 5 juta (bila pemilik kapal juga merupakan punggawa sawi).
3. Sisa
hasil penjualan sejumlah 4,5 juta (10 juta – 5,5 juta) dibagi kepada ABK
sejumlah 9 orang, atau dengan kata lain 500 ribu/ ABK.
2.5 Nelayan
Pabalolang Di Pulau Pa’je’nekang
Nelyan pabalolang adalah nelayan
pengumpul ikan dari nelayan keramba atau nelayan penangkapan untuk di bawah ke
palelangan atau bisa di katakan sebagai nelayan distributor. Nelayan pabalolang
di pulau pa’je’nekang Kabupaten Pangkep biasanya melaut untuk mengumpulkan ikan
dari nelayan penangkapan untuk di bawah ke pelelangan Rajawali ataupun
pelelangan ikan di Paotere’, nelayan biasanya beranggotakan 3-4 orang dalam
satu perahu dan perahu yang digunakan adalah perahu jenis jolloro’/perahu
bermotor yang ukurannya lebih kecil dari perahu yang umum di gunakan. Lama
waktu melaut biasanya sekitar 1-5
hari tergantung banyaknya ikan. Waktu yang di butuhkan
dalam satu siklus yaitu ± 2 bulan dan nelayan istirahat selama satu minggu
kemudian melaut kembali akan tetapi hal tersebut juga di pengaruhi oleh harga
ikan, jika harga ikan murah maka satu siklus akan berakhir atau nelayan
berhenti melaut.
jalur distribusi ikan
·
Nelayan pemancing, bertugas
menangkap/memancing ikan hidup di taka-taka atau gusung kemudian menjualnya ke
Ponggawa Pulau.
·
Pabalolang, bertugas mengantar/mendistribusikan
ikan dari Ponggawa Karamba di pulau atau nelayan penangkap ikan kepada
eksportir/Bos di Makassar.
·
Ponggawa pulau, bertugas
membeli ikan dari nelayan pemancing dan biasanya juga bertugas sebagai nelayan
pabalolang.
·
Eksportir/Bos di Makassar,
bertugas membeli hasil tangkapan dari Poggawa
2.6 Biaya Operasional
Biaya operasional semuanya di tanggung
oleh jurangang/pemilik kapal yang biasanya sekaligus sebagai punggawa kapal,
mulai dari perbaikan atau pembenahan kapal, keperluan awak sampai dengan bahan
bakar kapal. Untuk lebih jelas perhatikan tabel di bawah ini :
Uraian
|
Harga/satuan
|
Jumlah barang
|
jumlah
|
BBM
|
5000
|
100
|
500.000
|
Rokok
|
12.000
|
15
|
180.000
|
Roti
|
1000
|
40
|
40.000
|
mie
|
1500
|
40
|
60.000
|
Kopi
|
1000
|
20
|
20.000
|
Minuman
|
1000
|
2 dus
|
40.000
|
Beras
|
5000
|
10 liter
|
50.000
|
Air bersih
|
2000
|
2 cergen
|
4000
|
Es balok
|
12.000
|
15
|
180.000
|
Jumlah
|
1.174.000
|
Tabel
1. Biaya operasional
2.7 Pola Bagi Hasil Nelayan
Pabalolang P. Pa’je’nekang
Apabila harga ikan sedang bagus maka
nelayan bisa mencapai keuntungan sampai Rp. 20.000.000 dengan modal pembeli
ikan Rp,10.000.000 di tambah dengan biaya operasional Rp. 1.174.000. untuk
lebih jelas perhatikan uraian berikut :
Harga beli/keranjang
= Rp. 100.000
Harga jual/keranjang
= Rp. 300.000
jumlah ikan
(keranjang) = 100 keranjang
total penjualan =
Rp.30.000.000
jumlah modal =
Rp.11.174.000
keuntungan =
30.000.000 – 11.174.000 =18.826.000
jadi sistem bagi hasilnya adalah
sebagai berikut :
juragan/pemilik kapal : 50 %
punggawa dan sawi : 50 %
kalkulasi keuntungan
:
modal = 11.174.000
penjualan = 30.000.000
keuntungan = 18.826.000
pembagian :
juragan/pemilik kapal
:
: 9.413.000
Punggawa dan sawi :
: 9.413.000
Untuk jumlah
pembagian untuk punggawa dan sawi kemudian di bagi jumlah awak kapal yaitu 3
orang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampaknya
buruk dari hubungan nelayan dan juragan ini adalah pada saat musim ikan
ternyata nelayan tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Akibatnya, utang tidak
mampu dilunasi dan menumpuk karena musim paceklik berikutnya nelayan kembali
mengutang pada juragan.
Peranan sawi :
sawi terdiri atas
banyak orang (2 – 15), yang juga sudah terspesialisasi seperti sawi juragan,
sawi pakkaca, sawi pa’bas serta sawi biasa tergantung dari jenis alat tangkap
yang mereka ikuti.
Punggawa mempunyai
peranan :
1. memimpin
dan mengorganisasikan kelompok untuk menangkap ikan
2. menyediakan
modal
3. menyediakan
alat tangkap (fishing gear), termasuk
4. menyediakan
kapal tangkap atau perahu.
Pembagian
hasil antara juragan, punggawa dan sawi bisa di katakan 1 : 2 untuk juragan
yang mendapatkan pendapatan dua kali lipat jika di bandingkan punggawa dan
sawi.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam pengumpulan data di
rangkaikan dengan praktek agar data yang di dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Sufira. 2002. Peran punggawa dan sawi. http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=dr-andi-adri-arief-kelembagaan-masyarakat-pesisir
karim.2005.Problem kemiskinn nelayan. http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-&sourceid=navclient&gfns=1&q=benang+kusut+kemiskinan+nelayan
idham. 2010. Struktur ekonomi masyarakat nelayan. http:// sistem-pembagian-hasil-punggawa-sawi.html
arif. 2002. Mekanisme melaut. http:// Nelayan Tradisional Terhimpit Moderenisasi _
Indonesia Maritime Institute.htm
kerjasama DKP
provinsi sul-sel dengan CV.oval plan 86. Profil desa pulau pajenekang. 2011.
SOSIOLOGI MASYARAKAT PESISIR (SMP)
POLA BAGI HASIL NELAYAN (Pulau Pajenekang)
Oleh :
Supriadi
Muh.Abdurrahmanto
Akbar Sayfulla
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA
PERAIRAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011
0 komentar:
Posting Komentar