I PENDAHULUAN
Bertenak udang windu terrmasuk
budidaya perikanan di air payau. Budidaya perikanan air payau di Indonesia
telah lama dimulai, sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Di samping ikan
akhir-akhir ini banyak banyak petani tambak yang mengalihkan usahnya pada
budidaya udang,hal ini dapat di mengerti karena usaha pemiliharan udang windu
(Penaeid) dapat mencapai 8 ton ha tiap tahun, sedangkan di Indonesia produksi
tertinggi yang dapat di capai baru 1 ton tiap tahun.
Bebrapa factor yang membatasi
produksi udang di Indonesia ini, antara lain terbatasnya benih karena
mengharapkan dari alam dan tehnik budidaya yang masih menggunakan cara
tradisional.
Kini telah dikembangkan tehnik
budidaya udang sacera terkontrol, yaitu budidaya udang semi intensif dan secara
intensif. Pada budidaya udang secara tradisioonal, jenis udadang yang
dipelihara atau ditebarkan iyalah dari jenis tertentu dari hasil pengkapan di alam atau hasil pembibitan
dalam jumlah tertentu dalam masa pemeliharaan
udang-udang tersebut di berikan makanan tambahan baik berupa makan alami
dan pakan buatan, dilakukan pula tehnik pengendalian hama dengan demikian produksi yang dicapai akan lebih
tinggi jika dibandikan dengan cara tradisioonal. (Suyanto.I.F,
1981)
Profil
Desa
Kabupaten
Sidoarjo terletak pada daerah Delta Brantas, Jawa Timur. Kabupaten Sidoarjo
merupakan kabupaten terkecil di Jawa Timur dengan luas 627 km². Kegiatan
ekonomi Kabupaten Sidoarjo menampilkan dua wajah. Di satu sisi kabupaten itu
identik dengan tambak yang luasnya mencapai 15.530 ha (5,28 km2) milik sekitar 3.300
petambak. bandeng
dan udang kemudian dijadikan lambang Kabupaten Sidoarjo. Beberapa kecamatan di
Sidoarjo yang banyak memiliki lahan tambak antara lain Kecamatan Sidoarjo,
Jabon, Buduran, Candi, Tanggulangin dan Sedati. Sekitar 90% petambak menerapkan
metode pemeliharaan udang dengan teknik tradisional, sisanya menggunakan teknik
semi-intensif.
II PEMBAHASAN
2.1. Penentuan lokasi
Dalam
menentukan lokasi untuk pengembangan pemeliharaan udang windu sebagai berikut :
- di Keadaan
populasi di perairan seekirnya, populasi harus cukup padat dan tersedia
sepanjang tahun.
- Keadaan
perbedaan pasang surut harus cukup tingggi.
- Jarak
lokasi dari pantai maksimal 1 km, lokasi harus terlindungi dari gangguan ombak,
hutan bakau selebar 15 meter dapat melindungi tambak dari gangguan ombak.
- Tekstur
tanah dasar hendaknya terdiri dari tanah liat yang memadat dengan endapam debu atasnya
tidak terlalu tebal.
- Agar
garam (salinitas) air yang masuk kedalam tambak harus tidak kurang dari 18 per
mil, yang optimal iyalah antara 24-30per mil.
2.2 Konstruksi tambak
- Tambak
yang baik haruslah memenuhi persyaratan
-
Pematang harus
mampu menahan tekanan air yang disebabkan oleh adanya perbedaan tinggi
air dalam dan di luar tambbak.
- Pematang
harus cukup tinggi untuk menghindarkan terjadinya peluapan air yang disebabkan
oleh banjir atau pasang tertinggi.
- Pematang
harus cukup lebar, untuk memudahkan kegiatan.
- Tambak
harus mempunyai pintu pintu pemasukan
pengeluaran air yang cukup, baik dalam jumlah maupun lebarnya sehingga
akan memudahkan dan mempercepat keluar masuk air.
- Pemasangan
pintu air harus menjamin masuknya air secara leluasa tanpa menimbulkan
terjadinnya perputaran atau pergolaran air di sekitar pintu.
- Saluran
air harus bersi dari tumbuhan air dan kotoran lainya.
Dasar tambak harus melereng kearah pintu air dan mempunyai
saluran keliling yang dapat memudahkan mengalirnya air ke seluruh bagian
tambak.( Brandt,A VOA. 1960)
a. Pematang
Tambak
Pematang
tambak terdiri dari pematang utama dan pematang antara.
Pematang Utama:
- Lebar
bagian atas 2 meter atau lebih
- Tinggi
dilebihkan 1 meter di atas tinnggi air
pada waktu pasang tertinggi atau banjir rutin.
- Sudut
lereng sebelah dalam tg = dan sudut lereng sebelah dalam tg =
Pematang Antara
- lebar
bagian atas 0,7 meter – 1,5 meter
- sudut
lereng tg = 2/3 atau tg = 1
- pematang
utama harus terbuat dari dari tanah liat berpasir atau tanah liat berdebu atau
tanah liat yang telah memadat dan mengeras serta tidak tecampur ranting, batang
atau kayu yang mudah membusuk.
b. Pintu
dan saluran air
Pada
setiap unit tambak diperlukan dua macam pintu air yaitu pintu
air utam yang dipasang di depan saluran pembagi air dan pintu air
petakan untuk memasukan air dari saluran
pembagi kedalam petakan tambak atau sebaliknya.
Letak saluran
air dan petak-petak harus di atur sehingga sistem pengairan tiap-tiap petakan tidak
tergantung satu sama lain. Dengan demikian petakaan tambak harus di keringkan atau diairi sendiri tanpa
menggangguu petakan lain.
Pintu utama
yang berfungsi mengatur perairan seluruh unit tambak harus cukup kuat, untuk
satu unik tambak seluas 10 ha, lebar mulut pintu air utama antara 0,8 meter-1,2
meter, tinggi 2-3 meter dan panjang 5-6 meter tergantung pada tinggi dan lebar petambak. (Ismail,A , 1983 )
2.3 Penyediaan benih
a) Benih
Udang Alami
Tempat
penangkapan meliputi tepi pantai, saluran-saluran air, sungai kecil dan sungai
besar bahkan jauhnya beberapa kilometre dari muara.
Musim
penangkap benih udang sama waktunya musim menangkap nener bandeng yaitu antara September, januari
dan bulan april – Mei.
Umumnya tepi
pantai yang banyak terdapat benih udang iyalah yang landai dengan dasar pasir
atau pasir berlummpur disekitar muara
sungai. Hasil tangkapan di daerah ini lebih seragam ukuuranya dan umumnya masi
stadi post larva muda berukuuran 9-15 mm berwarna merah kecoklat-kecoklatan.
Di
saluran-saluran air dan sungai, benih yang tertangkap berukuran 0,15-70 mm,
merupakan campuran stadia post larva dan tokolan (juvenile).
Tangkaplah
beni udang sewaktu terjadi air pasang dengan menggunakan seser atau seser
berkantong. (Anonim, 1:1980)
Penangkapan dapat pula menggunakan rumpon, yaitu
daun-daun pisang atau rumput yang sudah kering yang di ikat menjadi satu ikatan
dan dipasang pada pada tongggak kayu di tepi sungai atau saluran air. Tamping
hasil tambak di dalam temppatt penampungan sementara. Selanjutnya lakukan
seleksi atau ppemisahan jjenis udang winndu saja yang nantinya akan di pelihara
di tambak.
b) Beni
udang hasil pembibitan
Untuk
mendapatkan benih udang yang bermutu baik dengan jumlah yang banyak, ada dua
tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu penangkapan induk-induk betina
yang telah matang telur dilaut dan pembibitan yang meliputi langkah-laangkah
persiapan pemetasan, pemeliharaan larva, penetasan, perawatan larva, dan pemungutan
hasil. (Anonim, 1:1980)
2.4 Tehnik Pngelolahan
a. pembuhan klekap
- Pada
pemeliharaan udang windu juga harus menumbuhkan klekap untuk makanan alami.
- Setelah
pengelolahan tanah selesai, keringkanlah tambak berhasil tidaknya klekap tumbuh
dengan baik sampai tanahnya retak-retak.
- Tingkat
kekeringan dasa tambak sangat menentukan berhasil tidaknya klekap tumbuh dengan
baik.
- Setelah
kering, teburkanlah pupuk.pupuk yang digunakan yaitu urean atau ZA sebanyak
50-100 kg per ha.
- Bila
pemupukan telah selesai, tambak diisi air baru. Pengisian dilakukan secara
perlahan-lahan hati-hati sampai pada ketingggian air di dalamm tambak
mencapai 10 cm. (Subyakto,1981)
b. penebaran benih
- Penebaran
benih di lakukan setelah kelekap tumbu subur di seluruh permukaan air (2-3
minggu setelah pemupukan) dan air dalam tambak telah mencapai kedalaman kurang
lebih 50 cm.
- Penebaran
benih harus dilakukan secara merata di seluruh tambak agar tidak memadat di
suatu tempat..
- Lakukanlah
penebaran pada sore atau pada pagi hari karena pada keadan tersebut suhu air
relative rendah sehingga tidak melnimbbulkankan tekanan pada udang.
- Untuk
lebih mecegah lagi gangguan tekanan (steress), sebaiknya sebelum di tebarkan,
beih-benih udang diaklimatisasikan dengan air tambak.
c. pemberantasan hama
- Beberapa
jenis hama yang sering merugikan adalah
ikan buas baik sebgai predator, penyain makanan, kepiting, ular air,burung
bangau dan anjing air
- Cara
pengendalian iyalah dengan jalan mengeringkan petakan tambaksehingga semua hama
mati.
- Bila
tambak sulit atau tidak bisa di
keringkan sama sekali,maka pengendalian hama dapat dilakukan menggunakan bahan
organic.
- Dosis
brestan 60 iyalah per ha,thiodang 0,2 ppm, (Satyani, 1981)
2.5 Pemaneman Atau Pemungutan Hasil
Untuk memanen udang yang
sudah mencapai ukuran konsumsi dapat di lakukan dengan dua cara yaitu secara bertahap dan secara
sekaligus. Usahakan lah udang terpanen dalam keadaan hidup untuk memudahkan terjamminnya pemasaran dan
harga. Karena itu pemamneman harus di
lakukan secara hati-hati.
1. Pemaneman
secara bertahap
-
Dengan
cara ini pemaneman dilakukan dengan menggunakan bubu atau perayang yang terbuat
dari belahan-belahan bambu.
Alat ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu perangkap yang berbentuk jantung
dan pengarah yang berbentuk pagar memanjang.
-
Lakukan
penangkapan pada malam hari yaitu pada saat udang-udanng besar sedang berusaha
mencari jalan keluar untuk kembali ke laut dengan menyesuri pematang.
-
Alat
penangkapan dipasang di tepi pematang tambak dengan bagian pengarah terletak
tegak lurus pada pematang dan ujung lainnya tepat berada di mulut perangkap.
-
Dengan
alat-alat ini, udang –udang kecil yang tertangkap dapat dilepaskan kembali
-
Cara
lainnya dengan menggunakan jala.
2. Pemaneman
secara sekaligus
-
Pemaneman
sekaligus dimaksudkan untuk menangkap seluruh udang yang dipelihara. Sehingga
tambak dapat digunakan kembali untuk memelihara udang.
-
Caranya
dengan mengeringkan petakan tambak air yang ada hanya dibagian saluran keliling
saja.
-
Giringlah
udang dengan menggunakan jaring atau wide (kere) kedepan pintu air.
-
Udang
yang tertinggal atau membenamkan diri, di tangkap dengan tangan satu persatu.
-
Bila
semua udang sudah terkurung dan berada
di depan pintu air, masuklah air baru.
-
Dengan
menggunakan alat penyidik, tangkaplah
udang dan segera tampung di air yang bersih.
-
Pemaneman
sekaligus ini sebaiknya dilakukan pada saat yang tepat yaitu 2-3 hari setelah
air pasang.
2.6 Analisa
Usaha
Sebagai
bahan perbandingan terhadap jenis usaha tani lainya, berikut ini disajikan pula
perhitungan biaya dan hasil yang diperoleh
dari usaha pemeliharaan udang.
1) Perhitungan
usaha pemeliharaan udang seluas 5 ha
dengan sistem monokultur.
a. Biaya infestasi
-
Pemetaan,
profile tambak dll Rp. 200.000
-
Pembuatan
pematang Rp. 4.000.000
-
Pembuatan
pintu air Rp. 1.000.000
-
Perataan
pematang, saluran
Keliling,
dan pelataran Rp.
1.500.000
jumlah Rp. 6.700,000
b. Modal
kerja
-
Benih
udang Rp. 2.360.000
-
Pakan Rp.
2.500.000
-
Pemberantasan
hama Rp.
200.000
-
Perawatan
dan panen Rp. 500.000
jumlah Rp.
5.200.000
total biaya Rp. 11.900,000
c. Hasil Semusuim/ Siklus
-
Hasil
udang 3000 kg x Rp. 25.000 Rp. 75.000.000
-
potonga
pengeluaran, Rp. 11.900,000
keuntungn
bersih Rp. 63.100,000
POLA BAGI HASIL TAMBAK BUDIDAYA UDANG WIDU
TEKNOLOGI SEMI INTENNSIF
DESA JABON KEC. SIDOARJO KAB. JABON
Juragan/orang
yang punya lahan dan modal : 70
%
Pekerja(sawi) :
30 %
Jumlah :
100 %
Jadi
keuntungan pada Semusim adalah
Kotor : 75.000,000 – 11,900,000
Jadi
bersinya sama degen Rp 63.100,000
Pembagian
:
Juragan/orang
yang punya lahan dan modal :
Rp 44.170,000
Pekerja(sawi)
:
Rp 12.620,000
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budidaya udang semi intensif Dari hasil kajian penerapan budidaya udang windu dapat di
simpulkan sebagai berikut :
Penerapan BMP dengan
melakukan persiapan wadah, persiapan air, pemilihan benih yang baik,
pengelolaan air untuk mempertahankan pada nilai kisaran yang layak dan tidak
berfluktuatif serta mangemen yang baik mampu menghasilkan produksi udang windu.
Bagi
hasil yang di terapkan petani tambak di desa jabon KEC, sudoarjo, menerapkan
bagi hasil dengan cara 30% buat petani
tambak (sawi) dan 70% juragan atau
pemilik tambak.
3.2 Saran
Adapun saran dari hasil
kajian adalah, perlu dilakukan kajian ulanga budidaya udang windu di beberapa
kawasan tambak sederhana. Dengan cara ini merupakan usaha dalam memperbaiki
teknologi dan sekaligus untuk menyebarluaskan atau desiminasi pada pembudidaya.
Daftar Pustaka
Anonim 1.1980, pp9: Pembenihan
Udang Galah (Imacrobrachium rosenbergii
deman) Skala Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Jakarta. Makalah Tehnik Pertanian.
Brandt,A, VON. 1960: fising methods in world scientific meeting on the biology of sardines
and related species. Rome Vol.II F.A.O.
Emmawati,L,1981,pp1: Fisiologi Udang
Galah, Sub Balai Penelitian Perikanan Darat Depok-Laboratoriumm Pembenihan
Udang Galah Pasar Mingggu, Jakarta.
Hadie.W. 1981,pp1 :
Seleksi Induk Udang Galah. Sub Balai Penelitian Perikanan Darat
Depok-Laboratorium Pembenihan Udang Galah Pasar Minggu, Jakarta.
Hadie.W.
dan E.Hamawi 1981,pp5:
Kualitas Air Media Larva Udang Galah. Sub Balai Penelitian Perikanan Darat
Depok-Laboratorium Pembenihan Udang Galah Pasar Minggu, Jakarta.
Ismail
, A. 1981 : Tehnik
Pembenihan Udang Gala ( macrobrachium
rosenbergii de Man) di dalam air
payau jerni di AQUACOP (
tahiti-polynesia Francaise). Laporan Training,Badan Litban Pertanian,
Puslitkan,Balai Penelitian Perikanan Darat Bogor.
Satyani,D. 1981, pp.2. : biologi Udang Galah I.
Sup Ballai Penelitian Perikanan Darat Depok-Labolaterium Pembenihan Udang Galah
Pasar Mingguu,Jakarta.
Satyani,D.
1981, pp.2 : Hama dan Penyakit
Udang Galah. Sub Balai Penelitian Perikanan Darat Depok-Laboratorium Pembenihan
Udang Galah Pasar Minggu, Jakarta.
Subyakto.I.F. 1981, pp.2.: Methoda Makan Buatan
Larva + Juvenil Udang Galah. Sub Balai Penelitian Perikanan Darat Depok
Laboratorium Pembenihan Udang Galah Pasar Minggu, Jakarta.
Suyanto.R.1981,pp.2.:
Budidaya Udang Galah. Sekolah Usaha Perikanan Menengah Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar